Kunci Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
مقدمة
الحمد
لله الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ
لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله اللّٰهُــمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ،
وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، وَنَاصِرِ الْحَقَّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِيْ إِلَى
صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، صلى الله عليه وَعَلَى اٰلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ
وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ أما بعد:
اللهم اجعلني من الذين يقولون يفعلون، و الذين يفعلون يُخْلِصُوْنَ، و
الذين يُخْلِصُوْنَ يُقْبَلُوْنَ
حَضْرَةَ
المُكَرَّمِيْنَ وَ المُحْتَرَمِيْن رحمكم الله
دليل الحول
Hadirin yang dimuliakan Allah
Para Ulama mengambil Istibat dalil peringatan
haul ini dari kebiasaan Rasulullah Saw yang selalu berziarah ke makam
suhada uhud setiap tahunnya. Dengan mengeraskan suara Rasulullah Saw
mengucapkan salam kepada mereka (سَلاَمٌ
عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ) “Salam untuk
kalian (wahai syuhada uhud) atas kesabaranmu, alangkah indahnya tempatmu kelak
di akhirat”.
Peringatan haul ini juga sebagai bentuk
bakti orang yang masih hidup kepada orang yang sudah meninggal dunia. Ada
seorang sahabat datang kepada Nabi Muhammad Saw, datang dengan memberi kabar bahwa
ibunya telah meninggal dunia, kemudia ia bertanya (اَفَلَهَا اَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا)
Apakah ibuku akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas namanya? "Nabi
SAW menjawab, (قَالَ نَعَمْ)
"Ya" ibumu pasti mendapatkan pahala tersebut."
Almarhumah saat ini sangat senang di alam
barzakh dan Almarhumah pasti mendoakan kita yang masih hidup. Mungkin
selama ini kita beranggapan bahwa hanya orang yang masih hidup yang bisa mendoakan
orang yang sudah meninggal dunia, ternyata banyak dalil yang menunjukkan bahwa
orang yang sudah meninggal dunia pun bisa mendoakan orang yang masih hidup. Rasulullah
Saw pernah memberi wasiat kepada sayyidina Ali. (يَا عَلِيُّ، تَصَدَّقْ عَلَى مَوْتَاكَ)
Wahai Ali, bersedekahlah engkau untuk orang-orang yang telah mati (فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ وَكَّلَ
مَلَائِكَةً يَحْمِلُوْنَ صَدَقَاتِ الْأَحْيَاءِ إِلَيْهِمْ) Maka sesungguhnya Allah
SWT memerintahkan para malaikat untuk menyampaikan sedekahnya orang yang hidup
kepada orang-orang yang telah mati. (فَيَفْرَحُوْنَ بِهَا أَشَدَّ مَا كَانُوْا يَفْرَحُوْنَ فِي
الدُّنْيَا) Sehingga orang-orang yang telah mati itu menjadi bahagia,
bahkan lebih bahagia daripada kebahagiaan
mereka kala di dunia (وَيَقُوْلُوْنَ)
Dan orang-orang yang mati itu bedoa (اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِمَنْ نَوَّرَ قَبْرَنَا وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ كَمَا بَشَّرَنَا
بِهَا) Ya Allah ampunilah untuk orang yang menerangi kubur kami.
Dan berikanlah kebahagiaan padanya dengan surga seperti dia telah membahagiakan
kami dengan sedekahnya.
Apalagi yang mendoakan para Nabi, para Auliya,
yang biasa kita tawasuli saat zikrul ghofilin dan para orang-orang sholeh yang
biasa kita ziarahi.
Cukuplah karomah. Keagungan dan kemuliaan
almarhumah di dapat dari khidmatnya kepada guru kita yang mulia. Sebagaima ilmu
yang baru saya dapatkan dari gus lubbi dua minggu lalu
مَنْ
خَدَمَ عَالِمًا سَبْعَة أَيَّامٍ، فَقَدْ خَدَمَ اللهَ سَبْعَة ألآف
سَنَة، وَ أَعْطَاهُ اللهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَوَابَ أَلْفِ عَالِمٍ وَ شَهِيْد
Semoga kita sebagai murid, sebagai jama’ah bisa
mencontoh dan mendapatkan keberkahan dari almarhumah. Amin ya Robbal Alamin. Maafkan
kami sebagai murid yang belum bisa berkhidmat secara maksimal, jangankan (خدمة بالفعل) terkadang (خدمة
بالدعاء) pun kami lalai.
حديث جبريل
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits yang pertama di dalam kitab shahih
Muslim ada hadis yang sangat masyhur yang disebut dengan Ummu as-Sunnah
atau ‘induknya hadis-hadis Nabi ﷺ’. Karena seluruh hadits-hadits Nabi
terangkum dalam hadits tersebut. Hadis ini di kenal dengan sebutan hadis
Jibril.
Pernah pada suatu ketika, malaikat Jibril
datang kepada Nabi Muhammad ﷺ
dengan menjelma menjadi seorang manusia. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah
ﷺ tentang Islam, maka Rasulullah ﷺ menjawab lima rukun Islam.
اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ
لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ
الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ
إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً
Kemudian Jibril kembali bertanya tentang iman,
maka Rasulullah ﷺ menjawab dengan enam
rukun iman.
أَنْ
تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ,
وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ.
Kemudian setelah itu Jibril bertanya kepada
Rasulullah ﷺ tentang ihsan, maka Rasulullah ﷺ menjawab,
أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihat Allah, jika engkau tidak melihat Allah, maka sesungguhnya
Allah melihat engkau
Berdasarkan hadis ini, para ulama menjadikan
agama itu bertingkat-tingkat. Tingkatan Islam, iman, dan ihsan.
Secara umum, kaum muslimin telah masuk dalam tingkatan
yang pertama yaitu Islam karena sudah mengucapkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi tidak semua orang Islam beriman. Allah ﷻ
berfirman dalam surah Al-Hujurat, (قَالَتِ
الْأَعْرَابُ آمَنَّا) Orang orang
badui itu berkata, bahwa saya telah beriman (قُلْ
لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا) katakan ya muhammad
kepada mereka bahwa mereka baru Islam tapi belum beriman, kenapa? (وَلَمَّا
يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ) karena iman belum masuk kehati mereka.
Dari sini kita bisa lihat perbedaan keduanya,
bahwa Islam berkaitan dengan amalan zhahir sedangkan Iman berkaitan dengan
amalan bathin.
Para
ulama kemudian mengembangkan rukum Islam
menjadi ilmu fiqih atau ilmu Syariat. Iman dikembangkan lagi menjadi ilmu
aqidah atau ilmu thoriqoh dan ihsan dikembangkan lagi menjadi ilmu tasawuf atau
ilmu haqiqoh.
الشريعة لإصلاح الظواهر،والطريقة لإصلاح الضمائر،والحقيقة
لإصلاح السّرائر
Ilmu fiqih atau ilmu Syariah hanya membahas suatu ibadah itu sah
atau tidak sah. Kalau mejalankan sesuai rukun dan syaratnya maka dianggap
sah. Tapi kalau ilmu aqidah dan ilmu tasawuf yang dibahas itu adalah
bagaimana suatu ibadah itu dapat (قبول) diterima di sisi Allah Swt. Karena ibadah yang sah itu belum
tentu (قبول) diterima di sisi Allah Swt.
Contohnya ada
orang yang berpuasa
tapi di cela Rasulullah (كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع
والعطش). berapa banyak orang yang berpuasa tapi
hanya mendapatkan rasa lapar dan haus karena puasanya. Dan banyak orang yang sholat
tapi dicela oleh Allah (فَوَيْلٌ
لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ
يُرَاۤءُوْنَۙ) celakalah bagi orang
yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, (dan ketika
sholat) ia riya. Riya ini penyakit hati. Penyakitnya kaum munafiqin.
Yang saya ingin maksudkan dari penjelasan ini
adalah untuk mempelajari Islam, ilmu Fiqih, ilmu syariat, ilmu yang
hanya berbicara masalah dzohir dibutuhkan seorang guru yang
membimbing dan memberikan contoh. Apalagi kalau kita belajar Iman dan Ihsan, Aqidah dan Tasawuf. Tentu lebih membutuhkan guru
yang membimbing dan memberikan uswatun hasanah. Dikarenakan mempelajari iman
dan ihsan itu lebih sulit dari
belajar ilmu syariat. Bahkan menurut guru kita yang mulia, rukun iman yang
paling sulit kita jalani adalah rukun iman yang terakhir yaitu (تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ أَنْ) kenapa? Karena kalau
kita tidak beriman kepada taqdir Allah, maka kita tidak diakui sebagai hamba Allah. Di dalam
hadits Qudsi Allah berfirman (أنَا اللهُ لآ
إِلهَ إِلاَّ أَنَا مَنْ لَمْ يَشْكُرْ عَلَى نَعْمَآئِي وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى
بَلآئِي وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَآئِي فَلْيَتَّحِذْ رَبًّا سِوَآئِي).
Aku Allah, tiada Tuhan melainkan Aku;
siapa tidak bersyukur atas nikmat-nikmat pemberian-Ku, tidak bersabar atas
ujian-Ku dan tidak ridla terhadap qadla-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.
Apalagi belajar ihsan yang merupakan level
puncak tertinggi. Karena tujuan dari pada hidup kita, tujuan dari pada amalan
amalan kita agar kita mendapatkan (محبة
الله) kecintaan Allah dan (تعلق بالله) kebergantungan kita selalu kepada Allah
Swt. Sebagaimana yang terdapat dalam zikrul ghofilin (لا
معبود الا الله) tiada yang disembah selain Allah (لا مقصود الا الله) tiada yang dituju selain Allah (لا
مطلوب الا الله) tidak ada yang dicari selain Allah (لا موجود الا الله) dan yang sejatinya ada hanya Allah.
Untuk mendapatkan (محبة
الله) dan (تعلق
بالله) ini , tidak akan bisa kita dapatkan
kecuali dengan jalan (تقرب الى الله) mendekatkan diri kepada
Allah Swt.
3 مفتاح السعادة
Bagaimana cara (تقرب
الى الله) ? caranya dengan mengerjakan 3 prinsip
kebahagian dunia dan akhirat. 3 prinsip ini sudah di praktekkan oleh guru mulia
kita dan sekarang dihidangkan kepada kita murid-muridnya, ibarat makanan yang sudah
jadi kita tinggal makan saja. Kita tinggal jalanin,
nikmatin dan yaqinin. Apa 3 prinsip
itu! Prinsip yang pertama adalah (كثرة
الذكر) memperbanyak zikir, prinsip yang kedua
adalah (كثرة الصدقة) memperbanyak shodaqoh, dan
prinsip yang ketiga adalah (إدخال السرور)
menyenangkan guru dan orang tua.
Dalil-dalil untuk 3 prinsip ini banyak sekali
di dalam al-Qur’an dan hadits, sehingga kita menjalankan 3 prinsip ini,
mengikuti ajaran guru kita yang mulia dengan sumber dan landasan yang kuat.
Prinsip yang pertama adalah (كثرة الذكر) memperbanyak zikir.
Allah swt berfirman di dalam surah al-Jumu’ah ayat 10: (فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ
وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ) Apabila salat telah dilaksanakan,
bertebaranlah kamu di muka bumi ini, carilah karunia Allah, berikhtiyar lah.
Iktiyar ada dua : ikhtiyar dzahir dan ikhtiyar
bathin (اختيار باطن أولى من أختيار ظاهر)
kemudian Allah berfirman (وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا) Zikirlah kamu
sebanyak-banyaknya (لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ)
agar kamu beruntung.
Untuk zikirnya apa yang dibaca? Ada zikir bulanan
yaitu (ذكر الغافلين) dan ada yang harian
yaitu membaca (سورة الفاتحة) dan shalawat (اللهم
صل على محمد) kecuali ketika kita berada dekat dengan
nabi maka kita membaca (صلى الله على محمد).
Allah menurunkan banyak kitab kemuka bumi ini,
Kandungan isi kitab-kitab itu disimpulkan atau diintisarikan dalam satu kitab
yang bernama al-Quranulkarim. Kemudian kandungan isi al-Quranulkarim
disimpulkan dalam satu surat yaitu surat Al-Fatihah.
Adapun Sholawat adalah amalan yang pasti diterima
dan pasti sampai kepada Rasulullah SAW. Ada Seorang penyair berkata :
أَدِمِ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّد فَقَبُوْلُهَا حَتْمًا
بِغَيْرِ تَرَدُّدٍ أَعْمَالُنَا بَيْنَ الْقَبُوْلِ وَرَدِّهَا اِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ
Bacalah shalawat selalu (mudawamah, istiqomah),
sebab ibadah shalawat pasti qobul diterima. Adapun amal yang lain mungkin saja qobul
diterima dan mungkin ditolak, kecuali shalawat kepada Nabi Muhammadi
Prinsip yang kedua memperbanyak shodaqoh. Minimal ada 9 keutamaan shodaqoh yang akan
kita dapatkan :
(النجاح)
kesuksesan (الفوز) kemenangan (السعادة)
kebahagiaan (الشفاء) kesembuhan (طول العمر) Panjang umur (دفع
البلاء) menolak bala (جلب
الرزق) menarik rizki (تقرب
الغنى) mendekatkan kepada kekayaan (تبعد الفقر) menjauhkan dari kefakiran (تبعد عن ميتة السوء) menjauhkan daripada kematian yang buruk
atau su’ul khotimah.
Prinsip yang ketiga adalah menyenangkan guru dan orang tua. Rasulullah Saw bersabda (إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ)
sesungguhnya amal yang paling disukai Allah swt setelah melaksanakan kewajiban
adalah (إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ)
menyenangkan muslim lainnya.
(مَنْ
اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا،) barang siapa membahagiakan orang mukmin,
(خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ)
Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat (يَسْتَغْفِرُوْنَ
لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ) yang ditugaskan memintakan ampunan
baginya sampai hari kiamat sebab ia telah menyenangkan orang lain.
Ini yang kita senangkan adalah orang lain.
Bagaimana jika yang kita senangkan adalah guru dan orang tua kita. Pasti Allah
akan menyenangkan kita (لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ) Allah akan limpahkan
kepada kita keberkan berkah dari langit dan bumi.
Kenapa guru dulu baru orang tua?. Karena guru itu
ada ulama dan ulama adalah pewaris para nabi (إِنَّ
الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا
دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ) Ulama itu adalah pewaris para nabi. Para
nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Para Nabi mewariskan Ilmu. Maka
barangsiapa yang mendapatkan warisan ilmu tersebut maka ia telah mengambil
jatah bagian yang banyak.
Jadi warisan terbesar itu adalah ilmu. Dari
mana dapatnya ilmu, yaitu dari ulama yang merupakan pewaris para Nabi. Kata
sayyidina Ali (العلم خير من المال ، العلم يحرسك
وأنت تحرس المال) (قل
إن كنتم تحبون الله فاتبعوني) jika kalian benar-benar mencintai Allah,
maka ikutilah aku (yaitu Rasulullah). Rasulullah sekarang sudah tidak ada. Tapi
ada pewarisnya. Siapa pewarisnya? Pewarisnya adalah ulama. Tentu ulama di sini
bukan sembarang ulama. Ulama di sini adalah ulama thoriqoh, (العالم المرشد)
Nanti Guru mursyid inilah yang memerintahkan
muridnya untuk cinta kepada kedua orang tua, berbakti kepadanya dan memohon
ridho darinya.
Level pertama dalam menyenangkan orang tua
dengan berkata baik kepada keduanya (وَقُلْ
لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا), level kedua, dengan mentaati perintahnya
dan level yang ketiga belum diperintah orang tua, kita sudah mengetahui apa
yang diinginkan orang tua. “tawarin mereka” kalau kata guru mulia.
Maka dari itu seorang penyair sufi berkata:
أُقَـدِّمُ
أُسْتَــاذِىْ عَلَى نَفْسِ وَالِدِىْ ۞ وَاِنْ نَالَنِىْ مِنَ وَالِدِى الْفَضْلَ
وَالشَّرَفَ
Aku lebih mendahulukan guruku atas orang tuaku,
meskipun aku memperoleh keutamaan dan kemuliaan dari orang tuaku
فَذَاكَ
مُرَبِّ الرُّوْحِ وَالرُّوْحُ جَــــوْهَرُ ۞ وَهَذَا مُرَبِّ الْجِسْمِ
وَالْجِسْمُ كَالصَّدَفْ
Karena guru yang membimbing ruh dan ruh adalah
mutiara, sedangkan orang tua adalah pembimbing jasmani, dan jasmani bagaikan cangkangnya
binatang kerang
Jasmani manusia akan hancur sedangkan
rohani manisa tidak akan hancur dengan hancurnya jasmani. Bahkan rohani inilah
yang mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di akhirat kelak.
Di dalam kitab (خزينة
الأسرار) dikatakan (كُنْ
مَعَ اللهِ) Hendaklah engkau selalu bersama Allah (وَإِنْ لَمْ تَكُنْ) Jika tidak bisa (فَكُنْ
مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ) berusahalah selalu bersama dengan orang-orang
yang dekat dengan Allah (فَاِنَّهُ يُوْصِلُكَ اِلىَ اللهِ)
niscaya engkaupun akan sampai, akan wushul kepada
Allah (اِنْ كُنْتَ مَعَهُ) selagi engkau
bersamanya.
Maka banyakin sholat taubat, karena setiap hari
kita punya dosa baik kepada Allah guru, dan orang tua. Banyakin sholat hajat
dan banyakin sujud syukur, kita syukuri bahwa Allah masih memberikan kita
Hidayah sehingga kita bisa masuk dalam rombongan kereta zikrul ghofilin,
walaupun kita berada di gerbong terakhir tapi gerbong depan kita ada
Rasulullah, para anbiya, para auliya dan guru kita menuju apartemen zikrul
ghofilin di surga kelak. Semoga Allah jadikan kita dan dzuriyah kita (اللهم
اجعلنا و اولادنا و ذرياتنا من العلماء الأغنياء المتقين الذين يدخلون الجنة بغير
حساب )
Tapi untuk menggapai hidayah itu perlu
mujahadah. Hidayah itu perlu dijemput. Tanpa kesungguhan kita tidak akan dapat
hidayah itu. Makanya Allah berfirman : (وَالَّذِيْنَ
جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا). Maka banyakin minta hidayah kepada Allah daripada banyakin
minta ilmu. Karena Rasulullah bersabda : (مَنْ
ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدًى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا)
barangsiapa bertambah ilmu tetapi tidak bertambah hidayah, bukan makin dekat
dengan Allah malah justru membuat ia jauh dari Allah Swt
Saya sebagai murid, mohon dibukakan pintu maaf
yang sebesar-besarnya, alfaqir adalah murid yang paling banyak salah dan banyak
lalai. Hakikatnya ketika kita tausiyah, ceramah, khutbah atau ketika memerintahkan
seseorang dengan satu jari telunjuk, ingatlah bahwa ada tiga jari yang mengarah
kepada dirinya dalam hal ini saya.
Komentar
Posting Komentar